Terpuruknya ekonomi Turki dapat menyeret zona euro jatuh, short EUR/USD?

Lira Turki terjun bebas pada Jumat lalu setelah Presiden Trump membanting tarif pada ekspor baja Turki

Masalah yang dihadapi Turki bukan hanya masalah lokal, tetapi sudah menjalar kemana-mana. Bank Sentral Eropa khawatir tentang eksposur non-hedged dari bank-bank Eropa terhadap perusahaan Turki dan jika bank bank Turki menemui kegagalan, tidak diragukan lagi hal tersebut dapat mempengaruhi pasar di seluruh dunia.

Investor semakin khawatir terhadap $350bn utang luar negeri yang dipegang oleh bank bank dan perusahaan Turki, dan kemampuan yang  mereka miliki untuk membiayainya karena mata uang mereka melemah dan inflasi melonjak. Sebab krisis semakin memberatkan konsumen Turki akibat menghadapi kenaikan tajam harga makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Tingkat inflasi diperkirakan akan melonjak dengan cepat dari tingkat resmi 15,4% saat ini. Jika pemberi pinjaman asing berhenti menggulirkan pinjaman mereka ke bank bank dan perusahaan Turki, maka seluruh ekonomi dapat terhenti seperti yang disebut investor sebagai skenario "pendaratan keras". Jika itu terjadi, para ekonom mulai memprediksi bahwa Turki pada akhirnya nantinya akan mengetuk Pintu IMF.

Banco Bilbao Vizcaya Argentaria, UniCredit dan BNP Paribas memiliki eksposur terbesar terhadap utang Turki dan banyak dari pinjaman mereka tidak terlindungi. Menurut data dari Bank of International Settlements (BIS), pemberi pinjaman Spanyol adalah yang paling terkena diikuti oleh bank-bank Italia dan Prancis. Eksposur ke Turki dapat mempengaruhi “Neraca” bank-bank Eropa dan dapat memiliki efek domino di seluruh Kawasan Eropa saat orang-orang mulai menarik diri dari bank-bank ke AS.

Baru tahun ini, Lira kehilangan 33% nilainya dan biaya pembayaran hutangnya telah meningkat ke level tertinggi dalam 9 tahun. Jika ekonomi Turki runtuh maka akan lebih banyak migran menuju Uni Eropa, dan hal tersebut akan membuat Turki mengalami krisis politik dan ekonomi bagi kawasan itu.

Terlepas dari risiko politik yang dihadapi euro dari Turki, ada beberapa alasan mengapa kami merasa bahwa euro dapat tetap melemah untuk kurun waktu jangka panjang.

 

  • Suku bunga diperkirakan akan tetap tidak berubah sampai akhir 2019

ECB telah menjalankan program QE selama 5 tahun sampai sekarang dan telah mulai mengurangi kebijakan pelonggaran QE mereka di 2018. Ketidaksediaan ECB untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat adalah karena ketidakpastian ekonomi zona euro. Perbedaan suku bunga antara AS dan Euro berkisar 2.65-2.90% diperkirakan akan melemahkan euro.

 

  • Data Ekonomi lemah

Pemesanan akan pabrik dan produksi industri di Jerman jauh dari mengesankan. Pertumbuhan PDB zona euro melemah menjadi 0,3% di Q2 menyusul penurunan serupa di Q1. Selain itu, ada penurunan permintaan luar negeri yang menyebabkan penurunan 4% dalam penempatan pesanan baru dengan produsen Jerman antara Mei dan Juni dan turunannya gerakan pesanan ini mengakibatkan terjadi perlambatan ekonomi Cina.

Dolar menguat Jumat lalu karena investor mulai menarik diri dari bank-bank euro dan memasukkannya ke AS. Greenback bertindak sebagai jaring pengaman bagi investor yang menghindari mempertahankan euro.

 

 

Petikan Kita

EUR/USD – Agak Bearish.

Selama 1,1500 resistensi bertahan, pasangan ini bisa melemah karena risiko politik yang dihadapi zona euro dari krisis Turki. Pasangan ini bisa mencapai 1,1300.

eurusd

 

USD/JPY – Agak Bullish.

Kami melihat breakout pada formasi segitiga menurun. Jika harga berhasil bertahan di 110,50 harga regio, kita bisa mengharapkan lebih banyak upside yang akan muncul.

usdjpy

 

XAU/USD (Emas) – Agak Bullish.

Karena krisis Turki terus mengancam zona euro dan seluruh dunia, kita bisa melihat aliran dana ke safe haven untuk saat ini.

xauusd

 

 

Tim Riset Fullerton Markets

Mitra Komitmen Dagang Anda.